Darul Hikam Mojokerto berdiri pada tahun 2003. Saat itu warga Tambaksuruh, Tambakagung, Puri, Mojokerto bernama Haji Syamsu (Almarhum) melalui KH. Qusairi, KH Qusaiyi dan Sandi Nurhadi mewakafkan tiga petak tanah seluas kurang lebih 2.560 m2 untuk lembaga pendidikan Islam Pondok Pesantren.
Darul Hikam Mojokerto kemudian tumbuh menjadi pondok pesantren yang berkomitmen untuk melahirkan generasi Qur’ani yakni generasi yang menghafal, memahami dan mengamalkan Al Quran.
Ma’had tersebut juga fokus untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan berwawasan global yang dilakukan dengan pemberian latihan (training skill), pembiasaan (habit culturally) dan keteladanan (qudwah hasanah) dengan menggunakan acuan nilai-nilai agama, menggali tradisi serta ditunjang dengan jaringan luas di dalam dan luar negeri.
Menyelenggarakan pendidikan KB-TK-SD-SMP-SMA yang didirikan pada tahun 2010 dan diasuh oleh KH. Masruhan Choteb yang lahir di Nganjuk pada 5 September 1969.
Beliau adalah cucu ke lima dari Hadratus Syaikh KH. Ahmad Sholeh Pondok Langitan (guru para ulama nasional seperti Syaikh Khalil Bangkalan, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Syamsul Arifi, KH. Siddiq, dll) yang nasabnya bersambung hingga ke Pangeran Sambu bin Pangeran Benowo bin Sultan Hadiwijoyo Alias Joko Tingkir Bin Nyai Ageng Pungging Binti Maulana Ainul Yaqin atau Sunan Giri Bin Maulana Ishaq Bin Syaikh Jamaluddin Jumadil Kubro Troloyo Mojokerto.
Setelah mondok di beberapa pesantren di tanah air, dan berhasil menghafal Al Qur’an 30 Juz selama 8 bulan di bawah asuhan KH. Hisyam Ihsan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Sanggrahan Nganjuk, beliau pergi Thalabul Ilmi ke Malaysia, Mesir, Yaman, dan menempuh program Doctoral di University of Malaya (UM) Kuala Lumpur Malaysia.
Keturunan ke-17 dari Syaikh Jamaluddin Jumadil Kubro ini juga telah menghasilkan karya ilmiah hampir 60 buku yang terbit dan beredar di Malaysia, Singapura, Brunai dan Jakarta. Salah satunya berjudul “Kaedah Mudah dan Cepat Menghafal Al Quran” yang terbit, Best Seller dan puluhan kali cetak ulang di Kuala Lumpur. Buku tersebut dijadikan rujukan oleh beberapa institusi Tahfidz Al Quran di Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.
Beliau menikah pada tahun 1998 dengan Hj. Nyai Nur Faizah binti KH. Basyaruddin Ismail dari Pondok Pesantren Darul Hikmah Kedungmaling Sooko Mojokerto dan memiliki 7 orang anak.