Jejak Awal KH. Masruhan di Negeri Singa: Dakwah, Ilmu, dan Kesetiaan pada Jalan Ilahiyah

Perjalanan panjang KH. Masruhan Choteb, atau Khadimul Ma’had, di dunia dakwah lintas negara tak dimulai dari panggung besar atau sorotan kamera. Justru langkah pertamanya menapaki tanah Singapura pada awal tahun 1991 berawal dari misi sederhana: mengurus visa untuk melanjutkan pengabdian di Malaysia. Namun, dari sinilah benih cinta pada jalan dakwah di Asia Tenggara mulai tumbuh.

Singapura 1991: Langkah Pertama Penuh Makna

Kedatangan pertama beliau ke Singapura bukan untuk berdakwah, melainkan demi mengurus visa masuk Malaysia dari Kedutaan Malaysia di Singapura. Proses ini dibantu oleh tiga sosok penting: Tuan Haji Yatin bin Mahmood, Abang Fairuz Abdullah—seorang mualaf yang sebelumnya beragama Hindu—dan Abang Hassan Boyan.

Setelah visa didapat, beliau kembali ke Perak, Malaysia, dan meneruskan pengajaran di Ma’had Al Ummah (ABIM), mengajar tahfiz dan bahasa Arab.


Singapura 1993: 40 Hari, 40 Malam Mengabdi

Tahun 1993, KH. Masruhan kembali ke Singapura, kali ini karena adanya kendala teknis dengan visa mengajar dari JAKIM. Masa tunggu yang cukup lama—sekitar 40 hari—tidak membuat beliau berpangku tangan. Tinggal di rumah Abang Fairuz Abdullah, beliau mengajar mengaji dan ilmu agama kepada masyarakat sekitar.

Namun, dengan sifat tawadhu dan keinginan untuk tidak merepotkan tuan rumah, beliau turut membantu berjualan daging dan ikan di pasar setiap pagi bersama Abang Fairuz. Sebuah potret pengabdian yang bukan hanya ilmiah, tetapi juga sosial dan kemanusiaan.

Setelah urusan visa selesai, beliau kembali ke Malaysia dan meneruskan dakwahnya, berpindah dari satu lembaga ke lembaga lain:

  • Ma’had Al Ummah, Perak

  • Akademi Tahfiz Sungai Limau 8, Sungai Besar, Selangor

  • Institut Qiblah di Bandar Baru Bangi, Selangor, di bawah Yayasan Kebajikan Islam Nusantara (YAKIN), hingga awal 1998


Ilmu dan Pena: Dakwah dalam Tulisan

Tak hanya mengajar, KH. Masruhan juga aktif menulis. Di setiap kesempatan, ia meluangkan waktu untuk menyusun buku, menerjemahkan karya-karya penting, dan menulis artikel ilmiah di media nasional Malaysia seperti Utusan Malaysia dan Berita Harian. Bahkan, beliau pernah terlibat dalam polemik ilmiah yang cukup dikenal kala itu dengan Dr. Kassim Ahmad, tokoh anti-Hadis Malaysia.

Buah dari ketekunan dan keilmuannya, puluhan buku telah beliau hasilkan. Karya-karya ini diterbitkan oleh penerbit-penerbit terkemuka di Malaysia dan Singapura, di antaranya:

  • Pustaka Antara, Kuala Lumpur

  • Penerbit Darul Nu’man

  • Pustaka Jiwa

  • Darul Aman Press, Kelantan

  • Perniagaan Jahabersa, Singapura

  • Dan yang paling dominan: Al-Hidayah Publishers

Di Al-Hidayah, beliau bukan hanya penulis, tapi juga dipercaya sebagai Ketua Editor dan Tim Penyeleksi Manuskrip sejak tahun 1997 hingga 2013—sebuah peran yang menunjukkan kepercayaan tinggi atas kapabilitas dan keilmuan beliau.

Leave a Comment